Headline
Pemerintahan
Serang
0
Menbudristek Resmikan Monumen Penanda Masuknya Cornelis de Houtman ke BantenBanten Jadi Titik Awal Jalur Perdagangan Dunia, Peradaban Lama Kembali Dihidupkan
Serang,Kalimati.id_26 Oktober 2025 — Menteri Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia meresmikan Monumen Penanda Masuknya Cornelis de Houtman di kawasan Banten Lama, Kota Serang. Monumen ini menandai titik penting dalam sejarah awal kedatangan bangsa Eropa ke Nusantara dan menjadi simbol rekonstruksi kejayaan Banten sebagai pelabuhan besar pada abad ke-16.
Acara peresmian dihadiri oleh sejumlah pejabat penting, antara lain Direktur Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi, Dr. Rosu Gunawan, M.Hum, Wakil Wali Kota Serang, Nur Adis Aulia, S.Sos beserta jajaran, Ketua DPRD Kota Serang, Muji Rohman, S.H., Kapolda Banten, Brigjen Hengki, S.I.K., serta Danrem 064 Maulana Yusuf Banten yang diwakili Kasi Teritorial, Letkol Kav Muslim Rahim, S.H., M.Si.
Turut hadir pula Kepala Kejaksaan Tinggi Banten yang diwakili oleh Asisten Pidana Umum, Jefri Panangi, M.A.P., S.H., M.H., Kepala Kejaksaan Negeri Serang, Dr. Ije Punia Atmaja, N.R., S.H., M.H., dan Kapolres Kota Serang, Satria, S.H., S.I.K., M.H.. Hadir juga para tokoh agama, budayawan, seniman, peneliti, dan masyarakat pemerhati sejarah dari berbagai wilayah di Banten.
Dalam sambutannya, Menteri menegaskan bahwa pembangunan monumen ini merupakan bagian dari upaya nasional untuk menegaskan kembali peran Banten dalam sejarah perdagangan dunia.
> “Kita berusaha melakukan rekonstruksi terhadap sejarah, karena wilayah Banten adalah pelabuhan besar, tempat perdagangan dan akulturasi budaya yang penting di masa lalu,” ujar Menteri.
Menurut catatan sejarah, Cornelis de Houtman dan armadanya tiba di perairan Banten pada tahun 1596. Mereka tidak dapat langsung berlabuh karena kondisi pelabuhan yang padat dan sistem bea cukai yang sudah teratur di luar tembok kota. Selama kurang lebih lima bulan, Houtman dan rombongan mencatat berbagai aspek kehidupan masyarakat Banten, termasuk sistem perdagangan, tata kota, dan kegiatan pasar yang ramai.
Penemuan-penemuan arkeologis di sekitar kawasan ini turut memperkuat fakta sejarah tersebut. Tim gabungan dari Kementerian Kebudayaan bersama BPK dan peneliti lokal menemukan struktur bata kuno, keramik, serta mata uang yang diduga berasal dari masa Kesultanan Banten. Semua artefak itu kini sedang diteliti lebih lanjut untuk memperkaya khazanah sejarah maritim Indonesia.
> “Temuan ini adalah indikator penting bahwa Banten merupakan pelabuhan internasional yang maju, bahkan sebelum berdirinya VOC pada tahun 1602. Dari sinilah jalur rempah dunia bermula,” jelas Menteri.
Selain menjadi penanda sejarah, monumen ini juga diharapkan dapat mendorong pengembangan kawasan Banten Lama sebagai pusat wisata budaya dan edukasi sejarah. Menteri mengajak masyarakat untuk menjadikan situs ini sumber inspirasi karya seni dan penggerak ekonomi kreatif.
> “Kita ingin situs ini dikenal luas dan menjadi tempat belajar sejarah bagi generasi muda. Dari kisah Banten, bisa lahir film, novel, hingga karya seni yang memperlihatkan betapa majunya peradaban kita,” ungkapnya.
Menteri juga menegaskan pentingnya pelestarian situs cagar budaya seperti Keraton Surosowan, Kaibon, dan Masjid Agung Banten Lama agar tetap hidup dan bermanfaat bagi masyarakat.
> “Kita ingin menghidupkan kembali ekosistem kebudayaan Banten. Situs-situs ini jangan dibiarkan terbengkalai, tetapi diaktifkan menjadi pusat kegiatan budaya dan wisata sejarah yang dinamis,” ujarnya.
Acara peresmian ditutup dengan peninjauan langsung ke area situs dan museum sekitar, tempat disimpannya berbagai artefak hasil penelitian arkeologi. Menteri berharap langkah ini menjadi awal dari kebangkitan Banten sebagai pusat kebudayaan dan sejarah maritim Nusantara.
> “Kita memang pernah dijajah, tapi bangsa Indonesia tidak pernah menyerah. Semangat perlawanan dari daerah-daerah seperti Banten inilah yang akhirnya melahirkan kemerdekaan Indonesia,” pungkasnya.Redaksi.Eka
Via
Headline